Sunday, April 7, 2013

Seperti apakah hatiku, Tuhan?



Dalam minggu pra paskah kemarin saya seringkali bertanya kepada diri sendiri tentang satu hal yaitu “seperti apakah hatiku, Tuhan?”. Saya terus dibawa untuk mengingat perumpamaan tentang seorang penabur yang terdapat dalam Matius 13 ayat 1 s.d 23. Perumpamaan tentang seorang penabur bukanlah hal yang baru kita dengar, dari sekolah minggu sampai kotbah-kotbah mingguan, hal ini seringkali dibahas. Entah sudah berapa banyak kotbah yang kita dengar, retreat yang kita ikuti, KKR yang menggetarkan hati kita untuk menghidupi Firman Tuhan. Tapi sudahkan kita memeriksa hati kita dan memastikan kalau hati kita adalah tanah yang baik?. Untuk itu, ijinkanlah saya menuliskan apa yang telah saya renungkan dari perumpamaan ini, banyak Firman yang mungkin sudah kita dengar, tapi seringkali kita mengabaikannya. “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! “

Baru-baru ini saya mendengar kabar dari saudara dekat saya, bahwa dia akan menikah dengan orang yang berbeda keyakinan dengannya, upacara pernikahan memang akan diadakan secara Kristen, tapi setelah pernikahan masing-masing akan menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya. Berita ini sangat mengejutkan keluarga kami, karena menurut kami, saudara saya ini memiliki kerohanian yang cukup baik, berusaha tidak absen gereja, tidak jarang menulis status rohani dijejaring sosial, dan punya trade record yang baik dilingkungan dia berada. Setelah diajak berdiskusi mengenai rencana pernikahannya tersebut, saudara saya ini berasalan kalau dia sudah menjalin hubungan dengan pasangannya cukup lama dan usia dia yang terbilang tidak lagi muda sebagai seorang wanita lajang sehingga mendesak dia dan pasangannya untuk segera menikah.

Kejadian ini menegur sekaligus membawa saya dalam perenungan tentang perumpamaan tentang seorang penabur. Dalam perjalanan bersama Tuhan selama hampir 26 tahun masa hidup saya, sudah begitu banyak Firman Tuhan yang saya dengar, dari mulai Firman Tuhan yang hampir membuat saya tertidur dalam gereja sampai pada yang menggetarkan hati saya. Perjalanan bersama Tuhan dimulai saat saya berusia 18 tahun yaitu ketika saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dan Pemilik Hidup saya, dan sejak saat itu sampai hari ini saya mengalami masa berada “dipinggir jalan”, masa “berbatu-batu” , masa “semak duri” dan dalam proses masa “tanah baik”.

Masa “dipinggir jalan” adalah masa dimana saya belum menerima Tuhan Yesus sebagai Pemilik Hidup saya, saya seorang dengan “agama” Kristen yang mendengar Firman tapi tidak mengerti Firman. Saya hidup tetapi “mati”, karena saya tidak memiiki Roh Kudus sebagai penolong untuk memberi pengertian mengenai isi hati Tuhan. Saya kegereja, baca dan dengar Firman, tapi setelah itu hidup saya tidak berubah, saya tetap dengan kebiasaan-kebisaan lama saya, dosa-dosa pribadi saya dan melakukan hal-hal yang tidak memuliakan nama Tuhan.

Memutuskan menerima Tuhan Yesus ternyata bukanlah akhir, tapi sebuah perjalanan kesetiaan dan pembuktian seumur hidup saya. Sampailah saya pada masa “berbatu-batu”, yaitu saat saya sangat antusias dan “kelihatan fanatik” menerima Firman Tuhan, yang ternyata tidak berakar dan tahan sebentar saja. Bukan penindasan atau penganiyaan dari orang lain yang saya dapat, sehingga saya pernah “mencoba-coba pacaran beda iman”. Saya tertindas dan teraniaya oleh keinginan daging saya, rohani saya tahu kebenaran Firman, tapi daging saya terlalu lemah untuk taat pada Firman itu, lemah oleh kebaikan dan ketampanan dari seorang pria yang beda iman dengan saya. Puji Tuhan, masa ini sudah terlewati karena tangan Tuhan yang tidak pernah menyerah mengerjakan “tanah” saya.

Dan sekali lagi saya mau mengatakan bahwa memutuskan menerima Tuhan Yesus bukanlah akhir, tapi perjalanan kesetiaan dan pembuktian seumur hidup, perjalanan mengikutNya memberikan banyak sekali pengertian yang pelan tapi pasti mengubahkan hidup saya. Masa “semak duri” adalah saat Firman yang saya dengar berakar dan tumbuh tapi ketika saya mulai kuatir tidak diterima oleh lingkungan karena gaya hidup saya yang berbeda sehingga tidak jarang menggiring saya mengikuti gaya hidup mereka, kuatir akan masalah keuangan yang membuat saya pelit memberikan perpuluhan, kuatir akan jam biologis dan “ke-singelan” saya sehingga adakalanya saya terlalu mudah menerima seseorang menjadi “pacar” tanpa mengenal dan mendoakan secara dalam. Masa ini  seringkali menimbulkan pertanyaan dalam hati saya mengenai penggenapan janji-janji Tuhan, dan tidak jarang saya berprasangka buruk kepada Tuhan atas hal-hal diluar perkiraan  yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup saya.

Kembali lagi pada kisah saudara saya yang ingin menikah dengan pria beda iman, saya sangat yakin kejadian ini tidak hanya terjadi pada dia dan hampir terjadi juga pada saya. Saya dan dia adalah orang-orang yang sudah entah berapa ratus kali mendengar bahkan mengalami kebenaran Firman Tuhan, kami adalah orang-orang yang hatinya bergetar dan meneteskan air mata saat Firman menegur dan meneguhkan hati kami, kami adalah orang-orang yang mengangkat tangan kami ketika hamba Tuhan menantang kami untuk berkomitmen setia hidup dalam Tuhan, dan kami adalah orang-orang yang ketika keluar dari gereja atau pulang dari retreat siap untuk menghadapi dunia dengan komitmen baru kami, menyatakan Tuhan dalam perkataan dan perbuatan kami. Tapi tidak lama bahkan sesaat setelah semua Firman selesai didengar dan komitmen baru saja diucapkan, kami kembali melihat sebuah realita yang harus hadapi; dosa-dosa pribadi, kebiasaan-kebiasaan lama, menjadi kelompok minoritas, predikat single, tabungan yang menipis dan berbagai hal yang bisa membuat kami diterima dunia tapi bertentangan dengan Firman Tuhan. Semuanya berkecamuk dalam hati kami, mengharuskan kami untuk memilih kepada siapa kami harus mengabdi, kepada Tuhan atau kepada dunia?.

Yupp...Kita semua adalah orang-orang yang mendengar Firman Tuhan, gembira menerimanya, dan bertekad menghidupinya, tapi nyatanya kita juga menjadi orang-orang yang seringkali mengabaikannya bahkan mempertanyakan kebenaran FirmanNya secara sadar atau tidak ketika fokus kita beralih bukan lagi kepada Tuhan tapi kepada kenyataan hidup dihadapan kita. Maka dari itu, kita tidak perlu heran atau merasa bingung kalau mendengar ada orang-orang yang begitu kelihatan “militan dan fanatik” dalam Tuhan jatuh dalam dosa seks dan perselingkuhan, KKN, tiba-tiba pindah keyakinan, bahkan masuk penjara karena melakukan tindak kriminalitas. Mereka adalah orang-orang yang mendengarkan Firman Tuhan, tapi hati mereka belum menjadi tanah yang baik dan siap untuk menerima Firman Tuhan, masih banyak batu yang harus disingkirkan dan semak duri yang harus dicabut agar benih Firman Tuhan berakar kuat, tumbuh dan berbuah berlipat-lipat. Untuk itu marilah kita merenung dan bertanya pada Tuhan “seperti apakah hatiku, Tuhan?”.

Dan semua perenungan saya ini membawa kepada satu akhir, yaitu sebuah doa yang penuh penyerahan pada Tuhan : “Tuhan Yesus, kami menyerahkan hati kami kepadaMu, bentuklah hati kami menjadi tanah yang baik, supaya setiap Firman yang Engkau taburkan tidak kembali dengan sia-sia, FirmanMu berakar dalam dan kuat  dihati kami, bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan FirmanMu, dan berbuah lebat pada musimnya, buah-buahnya dapat dilihat bahkan berguna bagi orang-orang disekitar kami, dosa-dosa kami telah diampuni, kami tidak mau lagi hidup dalam ketakutan dan kekuatiran akan hal apapun juga, karena kami tahu bahwa satu-satunya yang kami butuhkan hanyalah Engkau, Engkau Pemilik Segalanya, Maha Segalanya, siapakah dan apakah yang dapat melawan kami?...Biarlah Roh KudusMu hidup dalam kami, memberikan kekuatan dan damai sejahtera yang melampaui akal dan pikiran kami, sehingga hati kami dapat dipastikan adalah tanah yang baik yang siap dengar dan menghidupi FirmanMu, Dalam nama Yesus, Amin”

Kehidupan “benih” dimulai dari dalam tanah. Saat “benih” jatuh ke tanah yang baik, maka benih akan tumbuh dan berbuah dengan baik, proses itu tidak terlihat mata kita, tapi pohon dan buah-buahnya adalah bukti kasat mata kalau “benih” itu HIDUP...
Pastikan hati kita adalah tanah yang baik !!


“Kamu akan MENDENGAR dan MENDENGAR,
Namun TIDAK MENGERTI,
Kamu akan MELIHAT, dan MELIHAT
Namun TIDAK MENANGGAP,
Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar
Dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya
Dan mendengar dengan telinganya
Dan mengerti dengan hatinya,
Lalu BERBALIK sehingga Aku MENYEMBUHKAN mereka.
Tetapi BERBAHAGIALAH matamu karena melihat, dan telingamu karena mendengar”
_Matius 13.14-16

1 comment: